SELAMAT DATANG

SALAM HANGAT BAGI PARA PENGUNJUNG BLOG ATLANTIKERS, DI DIRIKAN BULAN APRIL 2010, ADANYA BLOG INI TIDAK LAIN HANYALAH UNTUK MENJEMBATANI KOMUNITAS ANTAR ALUMNI BAIK YANG MASIH EXIS DI LINGKUP HMP MAUPUN YANG SUDAH BERLAYAR MENUJU REALITAS KEHIDUPAN YANG NYATA, SEBELUMNYA MOHON MAAF APABILA BLOG KAMI MASIH TERKESAN SLENGE'AN DAN APA ADANYA, WARNING!!! TINGGALKAN JEJAK YA HE,,HE,, THANKS YOUR VISITED ! !KAMI TUNGGU PARTISIPASI DARI PARA MASTERS BLOG UNTUK BERGABUNG OKEY ! ! ! !

translator

English Arabic French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified
Welcome Myspace Comments

Sabtu, 08 Mei 2010

BIOGRAFI SINGKAT 3 TOKOH PENDIRI DAN PENERUS PONDOK PESANTREN LIRBOYO KEDIRI

KH. ABDUL KARIM

Beliau dilahirkan pada tahun
1856, di sebuah desa terpencil
bernama Diyangan Kawedanan
Mertoyudan Magelang Jawa
Tengah. Nama kecil beliau adalah

Manab

, beliau putra ketiga dari
empat bersaudara, dari
pasangan Kyai Abdur Rahim dan
Nyai Salamah. Pada saat Manab
kecil berusia 14 tahun, mulailah
beliau melakukan pencarian ilmu
agama, daerah pertama yang
beliau tuju adalah desa Babadan
Gurah Kediri, lantas beliau
meneruskan pengembaraannya
di daerah Cepoko, 20 km arah
selatan Nganjuk, beliau
menuntut ilmu kurang lebih
selama 6 Tahun. Selanjutnya
pindah lagi ke Pesantren
Trayang, Bangsri, Kertosono
Nganjuk Jatim, disinilah beliau
memperdalam pengkajian ilmu Al-
Quran, beberapa tahun
kemudian beliau teruskan
pengembaraannya dalam
tholabul ilmi di Pesantren Sono
sebelah timur Sidoarjo, sebuah
pesantren yang terkenal
dengan ilmu Shorofnya, tujuh
tahun lamanya beliau menuntut
ilmu di Pesantren ini. periodenya
selanjutnya beliau meneruskan
nyantri di Pondok Pesantren
Kedungdoro Sepanjang
Surabaya, hingga akhirnya
beliau meneruskan
pengembaraan ilmunya di salah
satu pesantren besar di pulau
Madura yang diasuh oleh
seorang Ulama' Kharismatik
bernama, Syaikhona Kholil
Bangkalan. Cukup lama beliau
menuntut ilmu dimadura yakni
sekitar 23 tahun, begitu
lamanya beliau menuntut ilmu
sehingga menjadikan
kemampuan beliau menjadi
sangat terasah dan mumpuni.

Pada saat berusia 40 tahun, KH.
Abdul Karim meneruskan
pencarian ilmunya di Pondok
Pesantren Tebu Ireng Jombang
Jatim, yang diasuh oleh sahabat
karibnya semasa di Bangkalan
Madura, KH. Hasyim Asy'ari.
Hingga pada suatu ketika KH.
Hasyim asy'ari menjodohkan KH.
Abdul Karim dengan putri Kyai
Sholeh dari Banjarmlati Kediri,
akhirnya pada tahun1328 H/
1908 M, KH. Abdul Karim menikah
dengan Siti Khodijah Binti KH.
Sholeh, yang kemudian dikenal
dengan nama Nyai Dlomroh, dua
tahun kemudian KH. Abdul karim
bersama istri tercinta hijrah
ketempat baru, disebuah desa
terpencil yang bernama Lirboyo
tepatnya pada tahun 1910 M,
disinilah titik awal tumbuhnya
Pondok Pesantren Lirboyo.
Kemudian pada tahun 1913, KH.
Abdul karim mendirikan sebuah
Masjid ditengah-tengah komplek
pondok, sebagai sarana ibadah
dan sarana ta'lim wa taalum
bagi santri. Secara garis besar
Pribadi KH. Abdul karim adalah
sosok yang sangat sederhana
dan bersahaja, beliau gemar
melakukan Riyadlah mengolah
jiwa atau Tirakat, sehingga hari-
hari beliau hanyalah berisi
pengajian dan tirakat saja. Pada
tahun 1950-an, tatkala KH.
Abdul Karim menunaikan ibadah
haji yang kedua kalinya setelah
beliau melaksanakan ibadah haji
pada tahun 1920-an, kondisi
kesehatan beliau sebenarnya
sudah tidak memungkinkan,
namun karena keteguhan hati
akhirnya keluarga
mengikhlaskan kepergiannya
untuk menunaikan ibadah haji,
dengan ditemani sahabat
akrabnya KH. Hasyim Asy'ari dan
seorang dermawan asal Madiun
H. Khozin.

Sosok KH. Abdul Karim adalah
sosok yang sangat istiqomah
dan berdisiplin dalam beribadah,
bahkan dalam segala kondisi
apapun dan keadaan
bagaimanapun, hal ini terbukti
tatkala beliau menderita sakit,
beliau masih saja istiqomah
untuk memberikan pengajian
dan memimpin sholat berjamaah,
meski harus dipapah oleh para
santri. Mendung kedukaan
menggelayut menaungi Lirboyo,
Kepada Allah lah, sejatinya
semua mahluk akan kembali,
pada tahun 1954, tepatnya hari
senin tanggal 21 Ramadhan
1374 H, KH. Abdul Karim
berpulang kerahmatullah, beliau
dimakamkan di belakang masjid
Lirboyo.

KH. MARZUQI DAHLAN

Beliau lahir pada tahun 1906, di
Desa Banjarmlati sebuah desa
kecil di tepi sungai brantas Kota
Kediri, beliau putra bungsu dari
empat bersaudara, dari
pasangan KH. Dahlan dan Nyai
Artimah. Dibawah pengawasan
langsung kakeknya KH. Sholeh
Gus Zuqi kecil menerima
pengajaran dasar-dasar islam
seperti aqidah dan fiqh
ubudiyah, tatkala menginjak
usia remaja, ayahnya Kyai
Dahlan meminta agar Gus Zuqi
kembali ke kampung halamannya
Pondok Pesantren Jampes,
untuk menuntut ilmu dibawah
asuhan ayah kandungnya
sendiri, Gus Zuqi bersedia namun
beberapa saat kemudian Gus
Zuqi justru kembali ke
Banjarmlati untuk menuntut ilmu
disana, ketika Gus Zuqi beranjak
muda, beliau pindah menuntut
ilmu Di Lirboyo dibawah asuhan
pamannya KH. Abdul Karim.
Disinilah kemampuan berpikir Gus
Zuqi semakin terasah, sehingga
dalam waktu yang singkat
beliau dapat memperoleh ilmu,
dibawah pengawasan langsung
KH. Abdul Karim. Usai menuntut
ilmu di Lirboyo, Gus Zuqi
meneruskan pengembaraannya
di pelbagai Pondok Pesantren
diantaranya Pondok Pesantren
Tebu Ireng asuhan Hadlratus
Syaikh KH. Hasyim Asy'ari,
Pondok Pesantren Mojosari
Nganjuk, Pondok Pesantren
Bendo Pare asuhan Kyai Khozin,
cukup lama beliau mondok di
Pare hingga beliau berumur 20-
an tahun, selanjutnya beliau
kembali ke kampung halamannya
Jampes untuk belajar langsung
ke kakaknya yakni KH. Ihsan Al-
Jampasy, pengarang kitab
Monumental Shirojut Tholibin
dan sosok yang menguasai
bidang Tashawuf.

Pada tahun 1936, KH. Marzuqi
Dahlan menikah dengan Nyai
Maryam binti KH Abdul Karim,
namun meski telah menikah,
semangat beliau dalam mengaji
tidak pernah luntur sedikitpun,
hal ini merupakan salah satu
amanat yang telah disampaikan
oleh KH Abdul karim pada KH.
Marzuqi Dahlan sesaat usai aqad
nikah berlangsung, sehingga
himmah beliau untuk terus
mendidik santri terus terjaga
dan sangat istiqomah. Hingga
pada tahun 1961 tahun Nyai
Maryam berpulang ke
Rahmatullah, meninggalkan
beliau untuk selama-lamannya.
Namun untuk menghapus
kedukaan yang berlarut-larut,
akhirnya keluarga menikahkan
KH. Marzuqi Dahlan dengan Nyai
Qomariyah yang tak lain adalah
adik bungsu Nyai Maryam. Sosok
KH. Marzuqi Dahlan adalah sosok
sederhana dan sangat
bersahaja hal ini terbukti dari
penampilan beliau sehari-hari
yang jauh dari kesan mewan
dan elegan, padahal pada saat
itu beliau sudah menjadi
pengasuh Pondok Pesantren
Lirboyo, hari-hari beliau
hanyalah ditemani sepeda
onthel usang sebagai pengantar
ketika berziarah kemaqam Auila'
disekitar Kediri, bukan hanya
kendaraan kediaman beliaupun
terbilang sangat sederhana,
yakni berdindingkan anyaman
bambu, hingga pada tahun 1942
barulah keiaman beliau beganti
dengan tembok.

Pada Tahun 1973 M. KH. Marzuqi
Dahlan menunaikan Ibadah haji,
dua tahun usai menunaikan
ibadah haji, kondisi beliau mulai
terganggu, hal ini bisa dimaklumi
karena usia beliau yang sudah
sepuh, namun meski demikian
semangat beliau untuk
memimipin Pesanten Lirboyo
tetap terjaga, hingga pada
bulan syawal pada tahun 1975,
beliau jatuh sakit sehingga
harus dirawat di RS.
Bayangkara kediri hingga 2
minggu lamanya beliau harus
dirawat. Karena tidak ada
perubahan yang
menggembirakan, akhirnya
keluarga memutuskan untuk
membawa pulang KH. Marzuqi
Dahlan ke kediaman beliau,
hingga pada hari Senin Tanggal
18 Nopember 1975 beliau
dipanggil sang pencipta,
dihadapan keluarga dan para
santri yang sangat mencintainya.

KH. MAHRUS ALY

Beliau lahir pada tahun 1906 di
dusun Gedongan kecamatan
Astanajapura, Kabupaten
Cirebon Jawa Barat, ayah beliau
KH Aly bin Abdul Aziz dan ibu
beliau Hasinah binti Kyai Sa'id,
KH. Mahrus Aly adalah anak
bungsu dari sembilan
bersaudara. Masa kecil beliau
dikenal dengan nama Rusydi,
masa kecil beliau lebih banyak
dijalani di tanah kelahirannya,
sifat kepemimpinan beliau sudah
nampak pada saat masih kecil,
hingga beranjak remaja, sehari-
hari beliau menuntut ilmu di
surau pesantren milik
keluarganya, disinilah beliau
diasuh oleh ayahnya sendiri KH
Aly dan kakak Kandungnya Kyai
Afifi. Pada saat beliau berusia 18
tahun, beliau melanjutkan
pencarian ilmunya di Pesantren
Panggung Tegal, asuhan Kyai
Mukhlas Kakak iparnya sendiri,
disinilah kegemaran belajar ilmu
Nahwu KH. Mahrus Aly semakin
teruji dan mumpuni, selain itu
KH. Mahrus Aly juga belajar silat
pada Kyai Balya seorang jawara
pencak silat asal Tegal Gubug
Cirebon. Pada saat monok di
tegal inilah KH. Mahrus Aly
menunaikan ibadah haji pada
tahun 1927, selanjutnya KH.
Mahrus Aly meneruskan
pencarian ilmunya di Pesantren
Kasingan Rembang Jawa Tengah
yang diasuh KH. Kholil, setelah 5
tahun menuntut ilmu
dipesantren ini atau sekitar
tahun 1936 KH. Mahrus Aly
berpindah menuntut ilmu di
Pondok Pesantren Lirboyo
Kediri, karena sudah punya
bekal ilmu yang mumpuni
sehingga KH. Mahrus Aly tinggal
mempedalam dan tabaruqan
saja, bahkan beliau diangkat
menjadi Pengurus Pondok.
Selama nyantri di Lirboyo beliau
dikenal sebagai satri yang tak
pernah letih mengaji, jika waktu
libur tiba maka akan beliau
gunakan untuk tabaruqan dan
mengaji di Pesantren lain,
seperti Pondok Pesantren Tebu
Ireng Jombang, asuhan KH.
Hasyim Asy'ari. PP. Watu congol
muntilan Magelang, asuhan Kyai
Dalhar. Juga pondok pesantren
Langitan tuban, Sarang dan
Lasem Rembang.

Sebenarnya KH. Mahrus Aly
mondok di Lirboyo tidaklah lama,
hanya sekitar tiga tahun saja,
namun karena kealimannya
membuat KH. Abdul Karim
menjadi jatuh hati, dan
menjodohkannya dengan salah
seorang putrinya yang bernama
Zaenab. Tepatnya pada tahun
1938. kemudian pada tahun
1944 KH. Abdul karim mengutus
KH. Mahrus Aly untuk
membangun kediaman disebelah
timur Komplek Pondok.
Sepeninggal KH. Abdul Karim, KH.
Mahrus Aly bersama KH. Marzuqi
Dahlan meneruskan estafet
kepemimpinan Pondok
Pesantren Lirboyo, ditangan
mereka berdualah kemajuan
pesat dicapai oleh Pondok
Pesantren Lirboyo, banyak
santri yang berduyun-duyun
untuk menuntut ilmu dan
mengharapkan barokah dari KH.
Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus
Aly, bahkan ditangan KH. Mahrus
Aly lah, pada tahun 1966 lahir
sebuah perguruan tinggi yang
bernama IAIT (Institut Agama
Islam Tribakti), peran serta KH.
Mahrus Aly dalam usaha
membangkitkan kemerdekaan
juga tidak bisa diremehkan, hal
ini disebabkan peran beliau
dalam mengirimkan 97 santri
pilihan dari pondok pesantren
Lirboyo untuk menumpas sekutu
di Surabaya, yang belakangan
ini dikenal dengan peristiwa 10
November, hal ini juga yang
menjadi embrio berdirinya
Kodam V Brawijaya. Selain itu
KH. Mahrus Aly juga berkiprah
dalam penumpasan PKI di daerah
kediri dan juga mempunyai andil
yang besar dalam
perkembangan Jamiyyah
Nahdlotul Ulama', bahkan beliau
diangkat menjadi Rois Syuriyah
Jawa trimur selama hampir 27
Tahun, hingga akhirnya
diangkat menjadi anggota
Mutasyar PBNU pada tahun 1985

Duka menggelayut Pondok
Pesantren Lirboyo tepatnya
pada hari senin tanggal 04
Maret 1985, sang istri tercinta
Ibu Nyai Hj. Zaenab berpulang
kerahmatullah karena sakit
Tumor kandungan yang telah
lama nyai derita. Sejak saat
itulah kesehatan KH. Mahrus Aly
mulai terganggu, bahkan
banyak yang tidak tega melihat
KH. Mahrus Aly terus menerus
larut dalam kedukaan, hingga
banyak yang menyarankan agar
KH. Mahrus Aly menikah lagi
supaya ada yang mengurus
beliau, namun dengan sopan
beliau menolaknya. Hingga
puncaknya yakni pada sabtu
sore pada tanggal 18 mei 1985
kesehatan beliau benar-benar
terganggu, bahkan setelah
opname selama 4 hari di RS
Bayangkara Kediri akhirnya
beliau dirujuk ke RS Dr. Soetomo
Surabaya dengan menggunakan
Helikopter atas perintah Pangab
LB. Moerdani, manusia berusaha
namun Allah Jualah yang
menentukan, meskipun pelbagai
upaya medis paling canggih
sekalipun telah diupayakan oleh
tim dokter yang terbaik di RS
Dr. Soetomo surabaya, akhirnya
KH. Mahrus Aly berpulang
kerahmatullah, tepatnya pada
Hari Ahad malam Senin Tanggal
06 Ramadlan 1405 H/ 26 Mei
1985, tepat delapan hari
setelah beliau dirawat di
surabaya. Berita meninggalnya
KH. Mahrus Aly membuat duka
yang sangat mendalam bagi
keluarga besar Pondok
Pesantren Lirboyo, karena
mereka semua telah kehilangan
panutan yang selama ini mereka
idolakan dan mereka bangga-
bangakan. Beliau wafat diusia 78
tahun.

Baca kisah lengkap, biografi
Masyayikh Pondok Pesantren
Lirboyo, di buku 3 Tokoh Lirboyo
sumber:
http://www.lirboyo.com/index.php?req=profile&menu=2&id=tokoh

Tidak ada komentar: